Anggota KEIN Gus Ipang Wahid bersama peserta seminar ekonomi kreatif di Pesantren Tebuireng pada siang tadi (19/03/2017). (Foto: Nur Hidayat)

Tebuireng.online–Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Irfan Wahid menilai, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi penyumbang jumlah pengangguran yang cukup besar. Padahal, seharusnya SMK memberikan solusi bagi masalah pengangguran.

“Ini menyedihkan. Hampir 10 persen pengangguran dari SMK. Padahal, SMK seharusnya memberikan solusi bagi masalah pengangguran. Tapi ini malah menambah pengangguran,” ujarnya di hadapan ratusan santri dan mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang, Ahad, 19 Maret 2017.

Menurut putra sulung KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ini, masalahnya terdapat pada sistem pendidikan nasional yang belum mampu mendorong peserta didik untuk berani dan mampu mengambil jalan sebagai entrepreneur. “Apa yang diajarkan di kelas, dan apa yang dibutuhkan di luar, tidak sama,” ungkapnya.

Beberapa tahun ini, sudah banyak kemajuan dalam upaya meningkatkan minat kewirausahaan. “Tapi pekerjaan rumahnya masih banyak sekali,” ujar pria yang berprofesi sebagai konsultan branding ini.

Belum meratanya kehadiran inkubator bisnis untuk pelaku usaha baru, juga menjadi masalah tersendiri. “Karena merintis sendiri, baru gagal 1-2 kali akhirnya (mereka) menyerah. Sebab, tidak ada yang menginkubasi,” ungkapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ipang –panggilan akrabnya- juga mengungkapkan rendahnya rasio wirausahawan dibanding jumlah penduduk Indonesia. “Wirausaha di Indonesia cuma 3,1 persen. Jauh dibanding Malaysia yang mencapai 5 persen dan Singapura 7 persen. Apalagi dibanding Amerika Serikat (12 persen) dan China (10 persen). Betapa kalahnya kita dengan bangsa yang lain,” tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ipang juga memaparkan kisah sukses yang diraih oleh beberapa SMK di Indonesia. Antara lain SMK NU Banat Kudus dan SMKN 1 Kudus. “Zelmira, brand fashion karya siswa SMK NU Banat, Kudus, bahkan sudah bisa tampil dan menjalin kerjasama bisnis dengan Hongkong,” ungkapnya.

Karena itu, KEIN berusaha menjadi jembatan antara dunia usaha, akademis, masyarakat sipil dan pemerintah. “Kita memfasilitasi adanya knowledge sharing di antara para stakeholder ini, lalu hasilnya kita buatkan policy memo untuk disampaikan kepada presiden,” tuturnya.

Menurut dia, sudah banyak ide yang lahir dari proses ini, untuk menumbuhkan kewirausahaan di Indonesia. Misalnya, usulan tentang model SMK yang ideal, agar bisa selaras dan menyesuaikan dengan dinamika industri kreatif. “Jadi, selain lulusannya bisa terserap untuk langsung bekerja, mereka juga relatif lebih siap untuk berwirausaha di bidang kreatif,” pungkasnya.


Pewarta:    Nur Hidayat

Editor:       M. Abror Rosyidin

Publisher:  M. Abror Rosyidin