Baliho Konfercab NU Jombang sudah terpasang di sekitar Pesantren Tebuireng.

Tebuireng.online Pelaksanaan Konfercab NU Jombang yang diselanggarakan di Pesantren Tebuireng pada Tanggal Sabtu-Ahad (21-22/04/2017) tinggal menunggu hari. Beberapa persiapan acara telah dilaksanakan, baik oleh panita induk maupun lokal Tebuireng. Berikut adalah wawancara bersama panitia penyelenggara lokal Tebuireng sekaligus Ketua MWC NU Diwek, KH Agus Fahmi Amrullah Hadzik yang ditemui wartawan Tebuireng Online, Nazhatuz Zamani di Dalem beliau di Pondok Putri Tebuireng pada Kamis (20/04/2017):

Gus, bagaimana kesiapan panitia lokal?

Jadi kita ini ada panitia induk dan panitia lokal, panitia indik ini adalah panitia yang di bentuk oleh PCNU, sedang panitia lokal adalah panitia yang dibentuk di pondok. Nah panitia lokal ini adalah panitia yang diutamakan pada persiapan konsumsi. Pada hari kedua, konfercab kali ini ditanggung oleh Tebuireng, jadi kita menyiapkan untuk itu, tentunya panitia lokal ini yang akan sibuk dalam hal konsumsi dan akomodasi. Alhamdulillah untuk tempat sudah dipersiapkan semua, jadi insyaallah sudah siap.

Konsep acaranya seperti apa, Gus?

Hari pertama acara pembukaan dilanjut malamnya ada pleno biasanya, sedangkan pada hari kedua mulai pagi ada sidang-sidang komisi, yang dilanjutkan dengan siding pleno, kemudian presentasi hasil sidang komisi. Pada puncaknya yang terakhir nanti ada pemilihan Rais Syuriyah, dan ketua Tanfidziyah PCNU.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berapa banyak orang yang diperkirakan hadir?

Pembukaan yang hadir sekitar 1500 orang, tapi ketika sidang mungkin ada sekitar 1100 orang, karena kita ini punya 21 MWC se-Jombang dan setiap MWC mengirim 5 utusan, kemudian  ada 310 pengurus ranting, setiap rantingnya ada 3 perwakilan. Jadi dari ranting saja sudah kurang lebih 930 ditambah pengurus MWC 105 orang, jadi kurang lebih sekitar 1100.

Siap saja tamu (tokoh ulama + VVIP) yang hadir?

Biasanya (yang hadir) ada dari pengurus PBNU. Nanti ketika sidang komisi juga didamping oleh PBNU.Tentunya ada kiai-kiai dan mungkin pejabat seperti Bupati.

Untuk dana penyelanggaraannya berasal dari mana saja?

Biasanya kan kita dapat bantuan dari partai-partai, dari pemerintah. Untuk konfercab kali ini kami bertekad untuk tidak meminta partai maupun pejabat. Kita usahakan untuk iuran, dan alhamdulillah mendapat respon yang baik, panitia iuran, lembaga iuran, kemudian masyarakat ikut urunan itu sudah terkumpul lebih  dari 225 juta rupiah. Biasanya konferceb habis 175 juta, tapi ini iurannya sudah terkumpul 225 juta. Itu tadi padahal dari iuran panitia, iuran lembaga, dan iuran masyarakat. Jadi insyaallah cukup dengan tambahan voche. Kemarin juga ada koin yang terkumpul hampir 30 juta. Jadi dari dana tersebut kita berharap, dapat menandai kemandirian NU ke depannya, tidak minta-minta, karena kalau minta biasanya cenderung disetiri (ditunggangi kepentingan).

Gus, bagaimana dengan upaya menganisispasai keamanan?

Ya, tentu kita melibatkan Banser ditambah dengan keamanan pondok. Keamanan memang harus dijaga dengan siap waspada, terutama nanti untuk kejahatan kriminal, maupun non kriminal yang mau mengacaukan konfercab, seperti dulu kasus muktamar itu kan, kita berharap tidak terjadi.

Bagaimana harapan panjengan terhadap penyelenggaraan Konfercab ini?

Harapannya, nanti ini menjadi konferensi yang mandiri dan steril dari partai politik, karena sudah waktunya Jombang ini berubah. Karena NU Jombang ini lama berhenti, kemarin saya pernah berkunjung ke PCNU Kota Pekalongan. Kebetulan di sana ada alumni dan teman mondok dulu. saya ingin tahu dan belajar (manajemen) kantor PCNU yang ada disana. Ternyata luar biasa, sebelum berjalan menuju kantor cabang sebelah kanan dan kiri ada kantor BMT, ada rumah makan lesehan, yang merupakan milik NU dan memberikan kontribusi ke NU dan selalu ramai. Selain itu juga ada gedung pertemuan yang disewakan yang dalam setahunnya menghasilkan kurang lebih 150/200 juta, sehingga bisa menjadi pemasukan NU. Padahal lawan NU berat, ada Muhammadiyah dan ada al-Irsyad.

Nah, setelah saya lihat pengurusnya bukan kiai, tetapi pengusaha. PCNU yang dipegang oleh pedagang, saudagar, dan pengusaha memang membawa manfaat kepada NU. Berbeda ketika dipegang kiai akan berhenti dan hanya bermanfaat untuk dunia pesantren saja. NU cabang Jombang ini kan berhenti (stagnan), padahal tidak ada Muhammaddiyah dan lain-lain. Mungkin dikarenakan tidak adanya pesaing tadi, jadi santai-santai. Saya berharap semoga PCNU Jombang ada figur pengusaha yang mau memimpin NU Jombang. Jadi rata-rata kalau NU dipegang pengusaaha itu tambah berjalan (dinamis) dan menjadi hidup. Kalau dikelola kiai maka ya hanya mengaji saja. Semoga  setelah Konfercab ini ada perubahan.