Oleh: Rif’atuz Zuhro*

Sumber: pastiaswaja.org

Genealogi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari tentang garis keturunan. Jika kata geneologi digabung menjadi satu dengan aswaja, geneologi aswaja berarti ilmu yang membahas tentang garis keturunan atau terbentuknya aliran Ahlussunnah Waljamaah. Sederhana bukan? Selalu terbesit jika ketika kebanyakan orang membahas, berdiskusi, bedah buku tentang aswaja, kesan yang muncul ialah kita sedang ingin membawa Islam ke arah perdamaian dengan dalil-dalil dan sanad yang langsung berhubungan dengan Rasulullah terkait kebenarannya.

Agar terhindar dari taqlid maka sangat penting untuk kaum Nahdliyin mengetahui seluk beluk Aswaja NU, bagaimana awal mulanya terbentukya aswaja dan perkembangannya sampai sekarang. Genealogi Aswaja dari masa Rasulullah sampai sekarang tentu sangat panjang, khususnya sampai ke NU.

Ahlussunnah Waljamaah sebagai umat Islam, yang mengikuti ajaran Islam murni dari Nabi SAW dan sahabat memiliki kekhasan, keunikan dan keistimewaan terbaik dalam hal struktur geneologi tersebut, termasuk pula umat Islam Indonesia yang mayoritas pengikut Sunni dengan Madzhab Al Asyari dan Al Maturidzi. Dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan keislaman seperti ilmu Al Quran, tafsir, hadis, teologi, fikih, ushul fikih, gramatika, bahasa, dan lain-lain.

Ahlussunnah Waljamaah NU, dalam hal ini pengikut madzhab Al Asyari dan Al Maturidzi, memiliki sanad yang kokoh dan dipercaya dari generasi ke generasi. Bahkan diakui oleh pakar bahwa setiap sanad ilmu pengetahuan keislaman yang sampai kepada kaum muslimin pada saat ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di Indonesia, arus aswaja tidak dibangun dan diterima secara singkat. Butuh waktu dan strategi yang ampuh untuk melakukan Islamisasi di Nusantara. Meski dikatakan Islam sudah datang sejak abad ke-7 namun Islam baru dapat diterima mulai abad 14 yang dibawa oleh Walisongo dan diteruskan oleh ulama-ulama Nusantara yang membangun jejaring yang besar dan luas hingga mampu menggugah rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari Kolonial Belanda.

Berkat geneologi yang kokoh, struktur geneologi ajaran Madzhab Al Syari di Indonesia, yang dapat dijumpai secara tertulis hingga sampai saat ini baru ditemukan pada ulama-ulama  abad 19 Masehi yang secara langsung belajar ke Mekkah. Merekalah yang membentuk Komunitas Al Jawwi dan membawa semangat nasionalisme tersendiri untuk para ulama nasionalis, seperti Kiai Kholil Bangkalan dan Hadratussyaikh Hasyim Asyari yang lebih dulu pulang ke tanah air untuk menjalankan misi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Struktur Geneologi Madzhab Al Asyari di Indonesia, antara lain Abu Hasan Al Asyari, Abu Hasan Al Bahili, Ruknuddin Al Ustadz Abu Ishaq Al Asfarayini, Abu Qasim Abdul Jabbar bin Ali bin Muhammad bin Haskan Al Asfarayini Al Iskaf, Imam al Haramain Dhiyauddin Abu Al Maali Abdul Malik bin Abdullah Al Juwaini, Abu Al qasim Salman bin Nashir bin Imran Al Anshari Al Arghiyani, Dhiyyauddin Umar bin Al Husein Al Razi, Fakhrudin Muhammad bin Umar Al razi, Syaifudin Abu Bakar Muhammad bin Muhammad Al Harawi, Al Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah At Taftazani, Al Hafiz Sirajuddin Umar bin Ali Al Qawzini, Majdudin Abu Thahir Muhammad bin Yaqub Al Lughowi Al Syirazi Al Fairuzzabadi, Al Hafiz Taqiyudin Muhammad bin Muhammad bin Fahad Al Makki Al Syafii Al Alawi Al Hasyimi, Zainuddin Abu Yahya Zakariya bin Muhammad Al Anshari, Syamsudin Muhammad bin Ahmad Al Ramli, Ahmad bin Muhammad Al Ghunaimi, Syamsudin Abu abdillah Muhammad bin Ala Al Babili As Syafii Al Azhari, Abdullah bin Salim Al Bashri Al Makki As Syafii, Salim bin Abdullah Al Bashri As Syafii, Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Dafiri As Syafii, Isa bin ahmad Al Barawi Al zubairi As Syafii, Muhammad bin Ali Al Syanawani As Syafii, Utsman bin Hasan Al Dimyati, Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, Sayid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha Al Dimyati Al Husaini As Syafii, Muhammad Mahfuzh bin abdullah Al Tarmisi, Para Ulama Tanah Air seperti KH. Hasyim Asyari Jombang, KH. Nawawi bin Nur Hasan Pasuruan, KH. Muhammad Baqir Yogyakarta, KH. Wahab Hasbullah Jombang, KH. baidhawi bin Abdul Aziz Lasem, KH. Mashum bin Ahmad Lasem, KH. Muhammad Dimyati Termas, KH. Shiddiq bin Abdullah Jember, KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang, KH. Abbas Buntet Cirebon, dan lain-lain.

Sedangkan struktur geneologi Madzhab Al Maturidzi, antara lain Abu Manshur Al Maturudi, Abu Muhammad Abdul Karim bin Musa bin Isa Al Baidhawi, Husain bin Abdul Karim Al Baidawi, Muhammad bin Husain Al Baidawi, Abu Al Yusr Muhammad bin Muhammad bin Husain Al Baidawi, Al Hafiz Najmuddin Umar bin Muhammad Al Nafasi, Muhammad bin Muhammad bin Nashr Al Nafasi, Husamuddin Husain bin Ali Al Saghnaqi, Abu Muhammad Abdullah bin Hajjaj Al Kasyqari, Syamsuddin Muhammad Al Qurasyi, Al Hafizh Ibn Hajar Al Anshari, Zakariya Al Anshari, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Al Ramli, Ahmad Ibn Muhammad bin Yunus Al Qusyasyi Al Dajani Al Husaini, Burhanuddin Abu Al Irfan Al Mulla Ibrahim bin Hasan Al Kurani, Burhanuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Budairi Al Husaini Al Dimyati Al Asyari As Syafii, Muhammad bin Muhammad bin Hasan Al Munir Al samanudi Al Syafii, Muhammad bin Ali Al Syanawani, Utsman bin Hasan Al Dimyati, Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, Sayid Abu Bakar bin Muhammad Syatha Al Dimyati, Syaikh Muhammad Mahfuzh bin abdullah Al Tarmisi, Para Ulama Tanah Air KH. Hasyim Asyari Jombang, KH. Nawawi bin Nur Hasan Pasuruan, KH. Muhammad Baqir Yogyakarta, KH. Abdul Wahhab Hasbullah Jombang, KH. Abdullah Baidhawi bin abdul aziz Lasem, KH. Masum bin Ahmad Lasem, KH. Muhammad Dimyati Termas, KH. Shiddiq bin Abdullah Jember, KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang, KH. Abbas Buntet Cirebon, dan lain-lain.

Demikian mata rantai geneologi Madzhab al Asyari dan Madzhab al Maturidzi yang sampai kepada guru-guru dan kiai-kiai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).


*) Jurnalis tebuireng.online

Publisher:  Farha Kamalia

Sumber:    Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunnah Waljamaah                             (Surabaya, Khalista dan LTN PBNU, 2011)