KH. Salahuddin Wahid bersama Prof. Zahro dalam Halaqah ke-4 Komite Khittah NU 1926 di Pondok pesantren al Wahdah Lasem Jawa Tengah pada Kamis (17/01/2019).


Tebuireng.online— Kepada ratusan Kiai dan ulama NU yang hadir dalam acara Halaqah ke-4 Komite Khittah 1926 di Pesantren al Wahdah Lasem Jawa Tengah, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menyampaikan beberapa pesan dan arahan terkait kelanjutan dari perjuangan komite tersebut. Salah satunya, Gus Sholah menyampaikan pesan dari KH. Tholhah Hasan.

Dua hari sebelumnya Gus Sholah didampingi Dr. Nasihin dan KH. Abdullah Muhid sowan kepada mantan Menteri Agama RI itu di Singosari Malang. Gus Sholah menjelaskan bahwa kedatangan rombongannya untuk memohon kepada Kiai Tholhah supaya bisa hadir dalam halaqah yang kelima Komite Khittah untuk menyampaikan tentang proses lahirnya  Khittah ke-26 NU dan Khittah NU 1926.

Gus Sholah menjelaskan bahwa Kiai Tholhah Hasan menceritakan beberapa yang belum pernah Gus Sholah dengar. “Jadi apabila beliau bisa memberikan kepada kita akan menjaadi informasi yang sangat berharga. Tidak sia-sia Kiai Tholhah Hasan bersedia bahkan sudah menentukan tanggal pada 16  Februari pada hari Sabtu.

Namun, lanjut Gus Sholah, Kiai Tholhah memberikan syarat, yakni tempat halaqah tidak jauh dari Malang. Menurut Gus Sholah antara di Surabaya atau di Pasurua. Selain itu, Kiai Tholhah juga mensyaratkan pesantren tempat halaqah itu diadakan, tidak condong kepada salah satu paslon dalam Pilpres 2019.

“Netral itu artinya kita tidak memihak kepada pasangan yang mana pun tapi kita memihak  kepada kebenaran. Kebenaran yang kita yakini dalam hal ini mengenai khittah itu,” jelas Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Yang kedua. Gus Sholah menyampaikan sebuah klarifikasi bahwa pada saat menjelang tahun baru lalu, KH. Said Aqil Siraj datang bersilaturahim ke Tebuireng tidak ada hubungannya dengan keumatan. Gus Sholah juga menyayangkan adanya video yang beredar di mana-mana. Apalagi muncul isu bahwa NU struktural dan kultural telah berasatu.

Bahkan, sebagian orang menganggap bahwa Gus Sholah mendukung salah satu paslon. Dalam kesemaptan itu, Gus Sholah menegaskan bahwa tudingan itu semuanya bukanlah pernyataan yang benar.

Tak cukup di situ, setelah kabar-kabar miring itu, muncul berita adanya kunjungan sejumlah alumni Pesantren Tebuireng bersama putra pertama Gus Sholah, Gus Ipang Wahid, di kediaman KH. Ma’ruf Amin. Hal itu ditafsirkan oleh sejumlah orang sebagai bentuk dukungan Gus Sholah kepada salah satu paslon.

Selanjutnya, lagi-lagi isu condongnya Gus Sholah dan Tebuireng dalam percaturan Pilpres 2019, kembali mencua, setelah sejumlah kiai, termasuk sejumlah dzuriyah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari berkumpul di Pesantren Sidogiri Pasuruan dan mendeklarasikan dukungan kepada satu paslon yang lainnya. Timbul anggapan bahwa Gus Sholah juga mengikuti keputusan-keputusan dalam pertemuan tersebut. Gus Sholah dengan tegas membantah anggapan itu.

“Saya tidak boleh mendukung siapa-siapa kita harus tegak mengikuti Khittah NU. Tidak ada keharusan warga NU memilih calon yang manapun juga. Hak warga NU harus kita hormati dan itu dijamin oleh Khittah NU. Netral itu tidak memihak siapa-siapa tapi memihak kepada aturan,” terang Gus Sholah.

Usai melakukan klarifikasi, Gus Sholah menyebut bahwa halaqah Komite Khittah kali ini, fokus membahas butir ke-8 dari 9 butir dalam Khittah NU yang sesuai dengan konteks Pilpres  sebagai bentuk kehidupan bernegara. Selain itu, Gus Sholah juga ingin mengutip butir ke-5, yakni prilaku yang dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan, meluhurkan kemuliaan moral akhlakul karimah dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Kandungan butir ke-5 Khittah NU itu, menurut Gus Sholah sudah banyak dilupakan oleh warga NU sendiri.

Pewarta: Yasinta

Editor/Publisher: Aros